Fokus pada satu tujuan dan percayalah pada dirimu bahwa kamu mampu meraihnya. You will when you believe.

Sabtu, 23 November 2013

Ajari Aku Arti Persahabatan

Hai November, pagi ini aku merasakan sesuatu telah mencapai titik jenuh untuk menjaga kebersamaan bersama teman kuliahku. Aku sadar apa yang aku rasakan ini adalah sesuatu yang seharusnya aku hindari, aku bingung pada mereka, apakah mereka mungkin tak pernah mengerti tentang apa itu rasa jenuh dan apa itu arti bosan? Entah minggu ini (minggu kedua di Bulan November) aku merasa semua berbeda, hari-hari menjadi datar, semua yang kurasakan membaik menjadi kembali seperti biasa tidak baik juga tidak buruk. Entah mengapa aku rasakan hal itu, apa karena memang dunia ini sulit untuk aku mengerti ataukah memang itu suatu siklus dari kehidupan, kadang merasa di atas, kadang jatuh di bawah.


Pagi ini, 15 November 2013 dan juga kemarin yang seharusnya aku sudah di kampus jam 8 pagi tapi apa yang aku lakukan hanyalah bermalas-malasan di kamar, meninggalkan kewajibanku sebagai teman bagi orang-orang yang aku temui di kehidupan kuliahku. Sebenarnya aku tidak pernah mempedulikan anggapan mereka tentang apa yang aku lakukan, tentang bagaimana sikapku kepada mereka selama semua itu tidak merugikan mereka. Tapi kali ini, kali ini aku merasa aku telah gagal menajdi teman yang baik bagi mereka, gagal untuk tidak merugikan bagi orang-orang di sekitarku, dan  gagal menjalakan kewajibanku sebagai manusia yang memanusiakan manusia lainnya. Namun apa daya pola pikirku juga masih labil, belum sepenuhnya mampu berpikir dewasa. Saat ini apa yang aku rasakan adalah “untuk apa aku memberdayakan diriku demi meraka yang bahkan entah melihat dan peduli dengan kehidupan di sekitar mereka atau malah acuh dan masa bodoh dengan orang-orang yang sedang kesusahan demi membantu mereka.” Pola pikir yang bodah, memang! Namun itulah pola pikirku saat ini, aku tidak mau terlalu memikirkan dan menjalani kehidupan, serta terlibat terlalu jauh bersama sosok orang-orang yang aku anggap semu, ada disaat butuh dan menghilang ketika dibutuhkan.

Sedih? Iya tentu itu yang aku rasakan ketika aku menulis tulisan ini karena apa yang ingin aku rasakan tidak sepenuhnya itu yang terjadi dalam keehidupanku. Sampai saat aku merasa tulisan ini akan berakhir, aku masih belum memahami tentang makna dari semua yang terjadi dalam kehidupanku minggu ini, apa yang aku pahami hanyalah hubungan antar manusia itu semu. Awal kemungkinan menjanjikan suatu hubungan yang abadi namun seiring dengan terkikisnya hubungan tersebut oleh sang waktu hubungan yang ada perlahan ikut terkikis dan menjadi semakin tipis hingga mungkin menghilang.


Aku ingin mengakhiri tulisan ini, namun entah mengapa aku teringat kepada meraka, teman-temanku yang walau tidak selalu ada untukku namun berusaha ada disaat masa sulitku dan parahnya aku, terkadang tidak mengerti posisi merka, bagaimana keadaan meraka. Apa yang selalu aku lakukan adalah aku menuntut mereka untuk menjadi seperti apa yang aku ingin, menjalani hidup dengan skenario yang aku buat. PARAH! Dari sebutir ingatan yang terselip di akhir tulisan ini aku merasa aku adalah manusia munafik bagi teman-temanku. Menuntut ini dan itu namun tidak mau memenuhi tuntutan mereka atas diriku. Seharusnya aku menghargai perbedaan yang ada, menghargai setiap apa yang sudah mereka lakukan walau itu hanyalah hal-hal kecil yang bahkan mungkin tak terlihat manfaatnya bagi orang lain atau mungkin bagi diriku.

Apakah aku harus menghapus tulisan ini, karena sungguh sejak awal tulisan ada hanyalah berisi rengekan manja dan tuntutan tanpa dasar dari orang bodoh kepada mereka yang hadir di kehidupannya. Mungkin tak harus aku hapus, sebaiknya aku berterima kasih kepada sebutir kenangan yang membuatku sadar bahwa menjadi seorang teman yang baik itu bukan perkara yang mudah untuk diwujudkan. Aku sedikit membuka mataku dan sedikit mampu memaknai kehidupanku di minggu kedua November ini. Minggu kedua di bulan yang aku nanti telah memberiku pelajaran bahwa kehidupan itu berputar, kadang di atas, tak jarang pula di bawah, teman itu bukan atas apa yang kamu dapatkan darinya namun atas apa yang sudah kamu berikan untuknya tanpa harus kamu menuntut mendapatkan sesuatu sebagai imbalannya. Dan aku berterima kasih kepada kalian teman kuliahku, khususnya Nina, Anna, Atika, Isna, Atrit, Arlin, Wakhid, Ucup, dan masih banyak lagi yang jujur aku terlalu malas untuk menyebutkan. Berkat sebutir kenangan tentang persahabatan bersama kalian di pagi ini membuatku mampu membuka mataku dan memaknai perjalanan kehidupanku untuk dapat menjadi sedikit dewasa. Semoga aku bisa menjadi teman, yang memberi tanpa harus mengharap diberi, yang tersenyum tanpa harus kalian balas senym, yang mewarnai hari-hari kalian walau hariku abu-abu. Semoga kehidupanku bersama kalian mampu menuntunku agar aku dapat menjadi seorang sahabat yang baik bagi kalian, teman terbaik ku. Semoga!

1 komentar :