BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran pada dasarnya merupakan
upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka
dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran
hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan
belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki
keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak
tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari
yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari
yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini,
selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat
dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara
keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual
kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya
guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali
pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan
perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk
dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi
seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional.
Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya
kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak
diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas
terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran
di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini para
ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan suatu model pembelajaran yang dapat merangkul semua perbedaan yang
dimiliki oleh anak didik. Model pembelajaran
yang ditawarkan tersebut adalah
strategi belajar aktif (active learning). Selama ini proses pembelajaran
lebih sering diartikan sebagai pengajar menjelaskan
materi pembelajaran dan peserta didik mendengarkan secara pasif. Namun telah banyak ditemukan bahwa
kualitas pembelajaran akan meningkat jika peserta didik dalam proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya,
berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang diperoleh.
Dengan cara ini diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut cenderung untuk dapat
dipahami dan dikuasai secara lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dalam makalah,
maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran Active Learning?
2.
Apa sajakah karakteristik dari Model pembelajaran Active Learning?
3.
Apa sajakah prinsip-prinsip
dari Model pembelajaran Active
Learning?
4.
Bagaimana sintak-sintak atau
langkah-langkah dalam Model pembelajaran Active
Learning?
5.
Apa saja jenis-jenis dari Model pembelajaran Active Learning?
6.
Apa sajakah kelebihan dan kelemahan Model pembelajaran Active Learning?
1.1 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa tujuan :
1.
Mengetahui pengertian dari Model pembelajaran Active Learning
2.
Mengetahui karakteristik dari Model pembelajaran Active Learning
3.
Mengetahui prinsip-prinsip dari
Model pembelajaran Active Learning
4.
Mengetahui sintak atau
langkah-langkah dalam Model
pembelajaran Active Learning
5.
Mengetahui jenis-jenis Model pembelajaran Active Learning
6.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan Model pembelajaran Active Learning
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Model pembelajaran aktif
adalah suatu model dalam
pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju
belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari
belajar aktif (active learning). Untuk dapat mencapai hal tersebut kegiatan
pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa atau anak
didik.
Belajar aktif merupakan perkembangan teori learning by doing (1859-1952). Dewey menerapkan
prinsip-prinsip “learning by doing”,
bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa
keingin tahuan (curriositas) siswa terdapat
hal-hal yang belum diketahuinya, maka akan dapat mendorong keterlibatan siswa
secara aktif dalam suatu proses belajar. Belajar aktif berguna untuk
menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa serta menggali potensi
siswa dan guru untuk sama-sama
berkembang dan berbagi pengetahuan keterampilan, dan pengalaman.
Peran peserta didik dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi
sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu
memudahkan siswa belajar, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melakasanakan
kegiatan belajar bermakna, serta mengelola sumber belajar yang diperlukan.
Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru karena siswa dibimbing,
diajar dan dilatih menjelajah, mencari mempertanyakan sesuatu menyelidiki
jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hsil perolehannya
secara komunikatif. Siswa diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang baru
diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yan pernah diterimanya.
Melalui model pembelajaran
aktif, siswa diharapkan akan mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar
dan potensi yang mereka miliki. Di samping itu, siswa secara penuh dan sadar
dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di lingkungan
sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis,
krisis dan tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui
penelusuran informasi yang bermakna baginya. Belajar aktif menuntut guru
bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan
prnsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru dapat
merekayasa model
pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan menjadikan proses
pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa. Untuk itu, guru
diharapkan memiliki kemampuan untuk:
a.
Memanfaatkan sumber belajar
dilingkungannya secara optimal dalam proses pembelajaran
b.
Berkreasi mengembangkan gagasan baru
c.
Mengurangi kesenjangan pengetahuan
yang diperoleh siswa dari sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari
masyarakat
d.
Mempelajari relevansi dan keterkaitan
mata pelajaran bidang ilmu dengan kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat
e.
Mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku siswa secara bertahap dan utuh
f.
Memberi kesempatan pada siswa untuk
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan
g.
Menerapkan prinsip-prinsip belajar
aktif.
Belajar
aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melakukan
aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat
membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Ketika peserta didik
belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran.
Mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi
pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka
pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Jadi
pembelajaran aktif adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi
aktif, siswa diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang
mereka miliki dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
2.2 Karakteristik Active Learning
Pembelajaran aktif adalah
segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan
siswa berperan secara
aktif dalam proses
pembelajaran itu sendiri
baik dalam bentuk
interaksi antar siswa
maupun siswa dengan pengajar
dalam proses pembelajaran tersebut.
Menurut Bonwell
(1995), pembelajaran aktif
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
·
Penekanan proses
pembelajaran bukan pada penyampaian informasi
oleh pengajar melainkan
pada pengembangan keterampilan pemikiran
analitis dan kritis terhadap topik atau
permasalahan yang dibahas.
·
Siswa tidak hanya belajar
secara pasif tetapi
mengerjakan sesuatu
yang berkaitan dengan materi pelajaran.
·
Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai
dan sikap-sikap yang berhubungan dengan materi pelajaran,
·
Siswa
lebih banyak dituntut
untuk berpikir kritis,
menganalisa dan melakukan evaluasi,
·
Umpan-balik yang lebih cepat akan
terjadi pada proses pembelajaran.
Di samping karakteristik
tersebut, secara umum
suatu proses pembelajaran
aktif memungkinkan diperolehnya
beberapa hal. Pertama,
interaksi yang timbul selama
proses pembelajaran
akan menimbulkan positive interdependence, dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui
eksplorasi aktif dalam belajar.
Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan guru harus
mendapatkan penilaian untuk
setiap siswa sehingga
terdapat individual accountability. Ketiga,
proses pembelajaran aktif
ini agar dapat berjalan
dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang
tinggi sehingga akan memupuk social
skills.
Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga
penguasaan materi juga
meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas (1972) menunjukkan bahwa setelah
10 menit
pelajaran, siswa cenderung
akan kehilangan konsentrasinya untuk
mendengar pelajaran
yang diberikan oleh
pengajar secara pasif. Hal
ini tentu akan
makin membuat pembelajaran tidak
efektif jika pembelajaran
terus dilanjutkan tanpa
upaya-upaya untuk memperbaikinya. Dengan menggunakan
cara-cara pembelajaran aktif, hal
tersebut dapat dihindari. Pemindahan peran pada siswa untuk
aktif belajar dapat mengurangi kebosanan
ini bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang besar pada siswa. Pada akhirnya hal
ini akan membuat
proses pembelajaran mencapai learning
outcomes yang diinginkan.
2.3 Prinsip-Prinsip
Active Learning
Untuk menjadikan aktif, maka pembelajaran harus
direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis serta mengetahui prinsip-prinsipnya. Prisip-prinsip belajar
aktif antara lain:
1). Stimulus belajar
Yang dimaksud dengan stimulus belajar adalah segala hal
di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Pesan yang
diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus.
Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik dan
lain-lain. Stimulus hendaknya disampaikan dengan upaya membantu agar siswa
menerima pesan dengan mudah.
2). Perhatian dan motivasi
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada
suatu obyek. Sedangkan
yang dimaksud dengan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Perhatian dan motivasi akan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa, untuk memotivasi dan memberikan perhatian pada kegiatan belajar, guru dapat melakukan
berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan pembelajaran yang
menyenangkan. Motivasi belajar yang diberikan oleh guru tidak akan berarti
tanpa adanya perhatian dan motivasi siswa.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru melalui pertanyaan kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain. Secara umum siswa akan terangsang untuk belajar apabila ia melihat bahwa situasi belajar mengajar cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
3). Respon yang dipelajari
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru melalui pertanyaan kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain. Secara umum siswa akan terangsang untuk belajar apabila ia melihat bahwa situasi belajar mengajar cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
3). Respon yang dipelajari
Belajar adalah proses belajar yang aktif, sehingga
apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respon siswa
terhadap stimulus guru, maka tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar
yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
Keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
4). Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap
bebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali. Sumber
penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan yang berasal dari luar adalah nilai,
pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, pemberian hadiah dan
lain-lain.
5). Asosiasi
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berfikir
dengan cara mengasosiasikan sesuai dengan lainnya. Berfikir asosiatif itu
merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon. Asosiasi dapat dibentuk
melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang
telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang
jelas, pemberian latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan
dalam situasi yang menyenangkan. Di sini siswa dihadapkan pada situasi baru
yang dapat menuntut pemecahan masalah melalui informasi yang telah dimilikinya.
2.4 Sintak atau
Langkah-Langkah Active Learning
Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang
dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Disamping itu, pembelajaran aktif (Active Learning) juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran. Menurut Machmudah (2008), berikut adalah sintak atau langkah-langkah
model pembelajaran aktif (Active Learning) :
·
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
Dalam fase ini
guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. Tujuan belajar yang
disampaikan adalah untuk memahami sel darah pada sistem peredaran darah.
·
Fase 2: Menyajikan informasi
Dalam fase ini guru
menyampaikan penjelasan umum tentang
peredaran darah kepada siswa.
·
Fase 3: Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok
Dalam fase ini guru
membagikan kartu berisi informasi tentang sel darah sebagai penentuan kelompok
siswa.
·
Fase 4: Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Dalam fase ini guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
·
Fase 5: Evaluasi
Dalam fase ini guru
meminta siswa mempresentasikan hasil
diskusi, guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal dan penjelasan.
·
Fase 6: Memberikan penghargaan
Dalam fase ini guru
memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik sesuai dengan kriteria guru.
2.5 Jenis-jenis Active Learning
Menurut
Hamruni (2012), Model Pembelajaran Active Learning dapat diterapkan menggunakan
beberapa metode, antara lain :
a.
True or False (Benar atau Salah)
Metode ini merupakan aktifitas kolaboratif yang mengajak siswa untuk
terlibat ke dalam materi secara langsung. Metode ini meminta kepada siswa untuk
menyatakan benar atau salah atas pernyataan yang ditulis oleh guru pada
masing-masing kartu.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1.
Guru membuat list pernyataan yang berhubungan
dengan materi pelajaran, separohnya benar dan separohnya lagi salah.
Masing-masing pernyataan ditulis pada selembar kertas yang berbeda. Jumlah
lembar pernyataan disesuaikan dengan jumlah siswa.
2.
Guru memberi setiap siswa satu kertas kemudian
mereka diminta untuk menentukan benar atau salah pernyataan tersebut. Selanjutnya
guru menjelaskan bahwa masing-masing dari mereka bebas menggunakan cara apa
saja untuk menentukan jawaban.
3.
Setelah selesai, guru meminta siswa membaca
masing-masing pernyataan dan meminta jawaban dari mereka benar atau salah.
4.
Guru memberi masukan untuk setiap jawaban dan
menegaskan bahwa yang dilakukan oleh siswa adalah bekerja bersama.
5.
Guru menekankan kepada siswa bahwa kerja sama
dalam kelompok akan membantu kelas.
b.
Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing)
Metode ini merupakan aktifitas untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa atau untuk memperoleh hipotesa. Metode ini meminta
kepada siswa untuk membandingkan antara jawaban mereka dengan materi yang telah
disampaikan oleh guru.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1.
Guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada
siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki.
2.
Guru memberi kesempatan beberapa menit kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan dengan meminta mereka untuk bekerja berdua atau
dalam kelompok kecil.
3.
Guru meminta siswa menyampaikan hasil jawaban
mereka, kemudian guru mencatat jawaban-jawaban mereka.
4.
Guru menyampaikan poin-poin utama dari materi,
kemudian meminta siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang
telah disampaikan. Setelah itu, guru mencatat poin-poin yang dapat memperluas
bahasan materi.
c.
Card Sort (Cari Kawan)
Metode ini merupakan aktifitas kolaboratif
yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta
tentang objek atau mereview informasi. Metode ini meminta kepada masing-masing
kelompok siswa untuk mempresentasikan isi kartu yang ada di kelompoknya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1.
Guru membagi kertas yang berisi informasi
kepada setiap siswa.
2.
Guru meminta siswa untuk bergerak dan berkeliling
di dalam kelas untuk menemukan kartu yang kategorinya sama.
3.
Guru meminta siswa mempresentasikan kategori
masing-masing di depan kelas.
4.
Guru memberikan poin-poin penting terkait
dengan bahan materi.
d.
The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)
Metode ini merupakan aktifitas pembelajaran yang digunakan untuk
mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat pentingnya serta manfaat
sinergi. Metode ini meminta kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru
secara individual, kemudian melakukan sharing bersama seorang siswa di
sebelahnya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1. Guru
mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada siswa yang menuntut perenungan dan
pemikiran.
2. Guru
meminta setiap siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual.
3. Setelah
selesai, guru meminta mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban dan
membahasnya.
4. Guru
meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru atas pertanyaan dan
memperbaiki jawaban indiviual mereka.
5. Kemudian
guru membandingkan jawaban-jawaban mereka
e.
Rotating Roles (Permainan Bergilir)
Metode ini
merupakan aktifitas yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kecakapan dalam bermain peran terhadap situasi kehidupan nyata. Metode ini
meminta kepada siswa untuk membuat skenario kehidupan yang nyata berkaitan
dengan materi yang sedang didiskusikan.
Adapun
langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari tiga
siswa.
2. Guru
memerintahkan setiap kelompok membuat tiga skenario kehidupan nyata yang
berkaitan dengan topik diskusi.
3. Kemudian
guru meminta satu anggota dari setiap kelompok untuk menyampaikan skenario
kepada kelompok lain. Selanjutnya, setiap tim mempunyai kesempatan untuk latihan
peran utama, dan dalam skenario tersebut guru konsentrasi pada identifikasi
pelaku utama dalam penggunaan konsep dan kecakapan serta bagaimana
pengembangannya.
4. Setelah
selesai, guru mengumpulkan seluruh kelompok untuk diskusi umum dari poin-poin
belajar skenario dan nilai aktifitas di dalamnya.
f.
Reading Guide
Pembelajaran dilakukan berbasis bacaan (teks). Agar
proses membaca ini bisa efektif, maka guru memberikan pedoman (guide) membaca. Pedoman ini berisi
pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab siswa berdasarkan isi bacaan (teks),
bisa berisi tugas – tugas yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran.
Adapun
langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1.
Berilah siswa teks (bacaan)
yang harus mereka pelajari, akan lebih baik lagi bila ditunjukkan halamannya.
2.
Mintalah peserta didik untuk
membaca teks (bacaan) secara individual, kemudian membuat resume mengenai topik
– topik penting yang ada dalam bacaan tersebut (berbentuk pointers).
3.
Diskusikan topik – topik
penting hasil temuan siswa dan nyatakan bahwa ada sejumlah topik itu memang
penting namun ada pula yang tidak penting.
4.
Selanjutnya guru membagikan
memberikan lembaran pedoman belajar dalam memahami teks (bacaan), biasanya
berbentuk pertanyaan.
5.
Para siswa diminta menjawab
pertanyaan – pertanyaan yang ada dalam lembar pedoman tersebut.
6.
Diskusikan jawaban – jawaban
siswa tersebut.
g.
Info Search
Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas,
keluar dari lingkungan kelas. Mereka bisa belajar di perpustakaan, warnet, mencari jurnal, dan
sumber – sumber belajar yang lain.
Adapun
langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1.
Bagilah siswa dalam kelompok –
kelompok kecil, sekitar 2 atau 3 orang.
2.
Berilah masing - masing kelompok pertanyaan atau tugas yang
bisa dicari jawabannya di tempat – tempat yang sudah ditunjukkan guru.
3.
Pertanyaan atau tugas yang
diberikan sebaiknya disandarkan pada beberapa buku (leteratur).
4.
Kelompok mengerjakan tugas atau
menjawab pertanyaan, dan sekitar 30 menit sebelum habis jam pelajaran mereka
harus kembali masuk ke dalam kelas.
5.
Di kelas, masing – masing
kelompok melaporkan hasil belajarnya dalam mencari informasi diberbagai sumber
belajar tersebut.
6.
Diskusikan temuan – temuan
kelompok tersebut
h.
Index Car Match
Metode
ini adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau
ulang materi pembelajaran. Selain itu memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan
memainkan kuis kepada kawan sekelas.
Adapun langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
1.
Pada kartu indeks terpisah,
tulislah pertanyaan tentang apa pun yang diajarkan dalam kelas. Buatlah kartu
pertanyaan yang sesuai dengan jumlah siswa.
2.
Pada kartu terpisah, tulislah
jawaban bagi setiap pertanyaan – pertanyaan tersebut.
3.
Gabungkan dua lembar kartu dan
kocok bebrapa kali sampai benar – benar acak.
4.
Berikan satu kartu pada setiap
peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan. Sebagian memegang
pertanyaan dan sebagian lain memegang jawaban.
5.
Perintahkan peserta didik
menemukan kartu pemainnya. Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik
yang bermain utnuk mencari tempat duduk bersama.
i.
Everyone is A Teacher Here
Metode ini mudah dalam memperoleh pertisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu.Metode ini memberikan
kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar”
terhadap peserta didik lain.
Adapun langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
1.
Bagikan kartu indeks kepada
setiap peserta didik. Mintalah para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran
yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka
diskusikan di kelas.
2.
Kumpulkan kartu, koscok dan
bagikan satu pada setiap siswa. Mintalah siswa membaca diam – diam pertanyaan
atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
3.
Panggilah sukarelawan yang akan
membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respons.
4.
Setelah diberi respons,
mintalah yang lain di dalam kelas untuk menambahakan apa yang telah disumbang
sukarelawan.
5.
Lanjutkan selama masih ada
sukarelawan.
j.
Student Created Case Study
Studi kasus merupakan salah satu di
antara sekian metode pembelajaran yang dianggap sangat baik. Satu tipe diskusi
kasus menfokuskan isu menyangkut suatu situasi nyata kasus atau contoh yang
mengharuskan siswa untuk mengambil tindakan, menyimpulkan manfaat yang dapat
dipelajari dan cara – cara mengendalikan atau menghindari situasi serupa pada
waktu yang akan datang. Teknik berikut memungkinkan peserta didik menciptakan studi
kasus sendiri.
Adapun langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
1.
Bagi kelas menjadi pasangan –
pansangan atau trio. Ajaklah mereka mengembangkan sebuah studi kasus dan sisa
kelas dapat menganalisis dan mendiskusikan.
2.
Jelaskan bahwa tujuan studi
kasus adalah mempelajari topik dengan menguji situasi nyata atau contoh yang
merefleksikan topik.
3.
Berikan waktu yang cukup bagi
seetiap pasangan atau trio untuk mengembangkan kasus atau isu untuk
didiskusikan atau suatu problem untuk dipecahkan, yaitu suatu masalah yang
relevan dengan materi pembelajaran.
4.
Kemudian setiap pasangan
membuat rangkuman studi kasus, secara khusus detail kejadian yang mengarah pada
pemecahan masalah.
5.
Ketika studi kasus selesai,
mintalah kelompok – kelompok agar mempresentasikan kepada kelas. Persilahkan
seorang anggota kelompok memimpin diskusi kasus.
k.
Point-Counterpoint
Metode ini merupakan sebuah teknik untuk merangsang diskusi dan
mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format tersebut mirip
dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan dengan lebih
cepat.
Adapun langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
1.
Pilihlah sebuah masalah yang
mempunya dua perspektif (sudut pandang) atau lebih.
2.
Bagilah kelas ke dalam kelompok
– kelompok menurut jumlah perspektif yang telah ditetapkan, dan mintalah tiap
kelompok mengungkapkan mendiskusikan alasan – alasan yang melandasi sudut
pandang masing – masing tim. Doronglah mereka bekerja dengan patner tempat
duduk atau kelompok – kelompok inti yang kecil.
3.
Gabungkan kembali seluruh
kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama
dengan jarak antara sub – sub kelompok .
4.
Jelaskan bahwa peserta didik
bisa memulai perdebatan . Setelah itu peserta didik mempunyai kesempatan
menyampaikan sebuah argument yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan.
Teruskan diskusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju – mundur di antara
kelompok – kelompok.
5.
Simpulkan kegiatan tersebut
dengan membandingkan isu – isu sebagaimana Anda melihatnya. Berikan reaksi dan
diskusi lanjutan.
l.
Students Questions Have
Metode ini merupakan cara yang mudah untuk mempelajari tentang keinginan
dan harapan siswa. Cara ini menggunakan sebuah teknik mendapatkan partisipasi
melalui tulisan dari pada lisan atau percakapan. Harapan siswa ini bisa
dilihat dari jumlah centangan yang ada pada sebuah pertanyaan.
Adapun
langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1.
Bagikan kartu kosong setiap
siswa (kertas HVS dibagi 4 bagian).
2.
Mintalah setiap siswa menulis
beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang pembelajaran yang sedang
dipelajari (tidak usah mencantumkan nama peserta didik).
3.
Putarlah kartu tersebut searah
jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada peserta berikutnya, siswa harus
membacanya dan memberikan tanda centang pada kartu itu apabila kartu itu berisi
pertanyaan yang setujui.
4.
Saat kartu kembali pada
penulisnya, setiap peserta berarti telah membaca seluruh pertanyaan kelompok
tersebut. Selanjutnya, mengidentifikasi pertanyaan mana yang memperoleh suara
terbanyak. Jawab masing – masing pertanyaan tersebut dengan mengembangkan
diskusi kelas.
5.
Panggil juga beberapa peserta
untuk berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun mereka tidak memperoleh
suara terbanyak.
6.
Kumpulkan semua kartu. Kartu
tersebut mungkin berisi pertanyaan yang mungkin dijawab oleh guru pada
pertemuan berikutnya.
m.
Listening Team
Metode ini merupakan sebuah cara membantu peserta didik agar tetap
terfokus dan siap dalam pembelajaran yang berlangsung. Strategi Listening Team ini
menciptakan kelompok – kelompok kecil yang bertanggung jawab menjelaskan materi
pembelajaran sesuai dengan posisinya masing – masing.
Adapun langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
1.
Bagilah peserta didik menjadi
empat tim, dan berilah tim – tim itu tugas ini:
Tim
|
Peranan
|
Tugas
|
A
|
Penanya
|
Setelah pelajaran yang
didasarkan ceramah selesai, paling tidak menanyakan dua pertanyaan mengenai
materi yang disampaikan
|
B
|
Setuju
|
Setelah pelajaran yang
didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan poin – poin yang mereka sepakati
dan menjelaskan alasannya
|
C
|
Tidak Setuju
|
Setelah pelajaran yang
didasarkan pada ceramah selesai, mengomentari poin yang tidak mereka setujui
dan menjelaskan alasannya
|
D
|
Pemberi contoh
|
Setelah pelajaran yang
didasarkan pada ceramah selesai, memberi contoh – contoh kasus atau aplikasi
materi.
|
2.
Sampaikan materi pembelajaran
berbasis ceramah (kuliah). Setelah selesai, berilah tim waktu beberapa saat
untuk mendiskusikan tugas – tugas mereka.
3.
Persilahkan tiap – tiap tim
untuk bertanya, menyepakati, menyanggah, memberi contoh, dan sebagainya.
Strategi ini akan memperoleh partisipasi peserta didik yang mencengangkan lebih
daripada yang pernah dibayangkan.
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Active Learning
Active learning sebagai model dalam pembelajaran mempunyai keuntungan sebagai berikut :
- Peserta didik lebih termotivasi
Model pembelajaran active learning
memungkinkan terjadinya pembelajaran yang menyenangkan. Suasana yang
menyenangkan merupakan faktor motivasi untuk peserta didik. Lebih mudah
menyampaikan materi ketika peserta didik menikmatinya. Dengan melakukan hal yang sedikit
berbeda, peserta didik akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran.
2. Mempunyai lingkungan yang aman
Kelas merupakan tempat di mana terjadi
percobaan serta kegagalan-kegagalan. Kita tidak hanya membolehkan terjadinya
hal-hal tersebut, tetapi juga memberi semangat bahwa kegagalan bukanlah akhir
dari segalanya. Resiko harus diambil untuk mendapatkan sesuatu yang berharga.
Pendidik dapat menyediakan lingkungan yang aman melalui modelling
dan setting batas- batas perilaku dalam kelas.
3. Pertisipasi oleh seluruh kelompok
belajar
Peserta didik merupakan bagian dari
rencana pembelajaran. Informasi tidak diberikan
pada peserta didik, tetapi peserta didik mencarinya. Beberapa kegiatan
membutuhkan kekuatan, kecerdasan, dan membutuhkan peserta didik untuk menjadi
bagiannya. Semua mempunyai tempat dan berkontribusi berdasarkan karakteristik
masing-masing.
4.
Setiap orang bertanggungjawab dalam kegiatan belajarnya sendiri
Setiap orang bertanggungjawab untuk memutuskan
apakah sesuatu hal tepat untuk mereka. Setiap orang dapat menginterpretasikan
tindakan-tindakan untuk mereka sendiri dan mengaplikasikannya sesuai
dengan kondisi mereka.
5. Kegiatan bersifat fleksibel dan ada
relevansinya
Peraturan dan bahasa boleh diubah menyesuaikan
dengan tingkat kebutuhan. Dengan membuat perubahan, kita dapat melakukan
kegiatan yang relevan dengan berbagai
usia kelompok yang bervariasi dengan mengeksplorasi konsep yang sama.
6.
Reseptif meningkat
Dengan menggunakan active learning sebagai model dalam pembelajaran di mana
prinsip-prinsip dan penerapan dari prinsip-prinsip diekspresikan oleh peserta
didik, informasi menjadi lebih mudah untuk diterima dan diterapkan.
7.
Pendapat induktif distimulasi
Jawaban atas pertanyaan tidak diberikan tetapi pertanyaan tersebut dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban
muncul dari peserta didik selama kegiatan pembelajaran.
8. Partisipan mengungkapkan proses
berpikir mereka
Sementara kegiatan diskusi berlangsung,
pendidik dapat mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Dengan demikian
pendidik dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan.
9. Memberi kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan
Jika peserta didik melakukan kesalahan
yang menyebabkan kegagalan, hentikan kegiatan dan pikirkan alternatif lain dan
mulai lagi kegiatan. Dengan demikian peserta didik dapat belajar bahwa
kesalahan dapat menjadi sesuatu hal yang menguntungkan dan membimbing kita untuk menjadi lebih baik.
10. Memberi kesempatan untuk mengambil
resiko
Peserta didik merasa bebas untuk berpartisipasi
dan belajar melalui keterlibatan mereka karena mereka tahu bahwa kegiatan yang
dilakukan merupakan simulasi.
Mengambil resiko merupakan hal yang sulit dalam masyarakat yang
mengidolakan pemenang. Dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk
berpartisipasi tanpa tekanan untuk menjadi pemenang, kita telah memberi
kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu untuk melakukan kesalahan.
Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam penerapan model pembelajaran active learning adalah:
- Keterbatasan waktu
Waktu yang disediakan untuk pembelajaran sudah
ditentukan sebelumnya, sehingga untuk kegiatan pembelajaran yang memakan waktu lama akan terputus menjadi dua atau lebih
pertemuan.
2. Kemungkinan bertambahnya waktu untuk
persiapan
Waktu yang digunakan untuk persiapan kegiatan
akan bertambah, baik waktu untuk merancang kegiatan maupun untuk mempersiapkan
agar peserta didik siap untuk melakukan kegiatan.
3. Ukuran kelas yang besar
Kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relatif banyak akan mempersulit
terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan active learning. Kegiatan
diskusi tidak akan dapat memperoleh hasil yang optimal.
4. Keterbatasan materi, peralatan dan
sumber daya
Keterbatasan materi, peralatan yang digunakan
untuk melakukan kegiatan pembelajaran, serta sumberdaya akan menghambat
kelancaran penerapan active learning dalam pembelajaran.
5. Resiko penerapan active learning
Hambatan terbesar adalah keengganan pendidik
untuk mengambil berbagai resiko diantaranya resiko peserta didik tidak akan
berpartisipasi, menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi atau
mempelajari konten yang cukup. Pendidik takut untuk dikritik dalam mengajar dan merasa kehilangan kendali kelas serta keterbatasan keterampilan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran aktif
(active learning) untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki
oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi mereka miliki. Di samping itu, pembelajaran aktif juga untuk
menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran. Dan dalam proses kegiatan belajar mengajar akan lebih mudah
dipahami serta lebih lama diingat siswa, apabila siswa dilibatkan secara aktif
baik mental, fisik, dan sosial. Dalam pelaksanaan pembelajaran aktif guru dapat
menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan kondisi siswa. Penggunaan metode
belajar aktif dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif apabila
disesuaikan dengan kondisi belajar dan kemampuan guru dalam melaksanakan metode
tersebut.
1.1 Saran
Untuk
mewujudkan pembelajaran yang inovatif maka dapat digunakan
model pembelajaran active learning sehingga proses
pembelajarannya tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa juga harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Dibutuhkan kecakapan guru
dalam mengendalikan kelas, keaktifan siswa dalam proses belajar, waktu dan fasilitas pendukung
yang memadai dalam penerapan pembelajaran aktif.
Semoga dengan makalah yang telah dibuat ini dapat memberi tambahan
pengetahuan terkait model pembelajaran aktif (active learning) sehingga guru
dapat memilih dan menerapkannya dengan baik dalam pembelajaran yang lebih
inovatif dan bermakna.
DAFTAR
PUSTAKA
Bellamy, L., Barry, W., & Foster, S.
(1999). A Learning Centered Approach to EngineeringEducation
for the 21st Century: The Workshop. College of Engineering and AppliedSciences : Arizona State University.
Bonwell, C.C. (1995). Center for Teaching and Learning, Active Learning: Creating excitement in the
classroom. St. Louis College of Pharmacy.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta :
Insan Madani
Machmudah, Ummi. 2008. Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab. Malang : UIN-Malang
Press
Silberman, Mel. (2004). Active Learning, 101 Strategi
Pembelajaran Aktif, (terjemahan
Sarjuli et al.). Yogyakarta:Yappendis.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Ghalia Indonesia.
Thomas, J. (1972). The
variation of memory with time for information appearing during alecture.
Studies in Adult Education, 4, 57-62
Zaini, Hisyam. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar