Asam amino merupakan bagian stuktur protein dan
menentukan banyak sifat yang penting. Glisin mereupakan asam amino pertama yang
telah diisolasi dari hidrosilat protein, sedangkan treonin merupakan asam amino
pembentuk potein yang dapat diisolasi paling akhir yang berasal dari hidrosilat
fibrin (Wirahadikusumah, 1989).
Pada
asam amino terdapat tiga gugus yang reaktif yaitu gugus α-karboksil, gugus
α-amino, dan gugus rantai samping (R). Ketiga gugus ini dapat diidentifikasi
melalui uji spesifik, diantaranya adalah dengan uji ninhidrin, uji Edman, uji
Sanger, dan sebagainya. Selain menggunakan uji spesifik yang berdasarkan ciri
khas reaksi kimia asam amino, asam amino juga dapat diidentifikasi bahkan dapat
dipisahkan dengan menggunakan metode tertentu.
Beberapa
metode analisis asam amino yang dapat digunakan untuk identifikasi dan
pemisahan asam amino adalah metode gravimetric, kalorimetri, mikrobiologi,
kromatografi dan elektroforesis. Salah satu metode yang banyak memperoleh
pengembangan ialah metode kromatografi. Macam-macam kromatografi ialah
kromatografi kertas, krometografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion
(Poedjiadi, 1994).
Kromatografi
adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat
atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Dari pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa terdapat dua komponen penting dalam kromatografi yaitu fase
diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
Kromatografi melibatkan
pemisahan terhadap campuran berdasarkan perbedaan-perbedaan tertentu yang
dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan meliputi kelarutan
dalam berbagai pelarut serta sifat polar. Kromatografi biasanya terdiri dari
fase diam (fase stasioner) dan fase gerak (fase mobile). Fase gerak membawa
komponen suatu campuran melalui fase diam, dan fase diam akan berikatan dengan
komponen tersebut dengan afinitas yang berbeda-beda. Jenis kromatografi yang
berlainan bergantung pada perbedaan jenis fase, namun semua jenis kromatografi
tersebut berdasar pada asas yang sama. (Bresnick, 2004).
Fase
diam (Stationary phase) merupakan salah satu komponen yang
penting dalam proses pemisahan dengan kromatografi karena dengan adanya
interaksi dengan fase diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan
terpisahnya komponen suatu senyawa analit termasuk asam amino. Fase diam dapat
berupa bahan padat atau porous (berpori)
dalam bentuk molekul kecil atau cairan yang umumnya dilapiskan pada padatan
pendukung.
Fase gerak (Mobile phase) merupakan pembawa analit (asam
amino), dapat bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase
gerak dapat berupa bahan cair dan dapat juga berupa gas inert yang umumnya
dapat dipakai sebagai carrier gas senyawa mudah menguap (volatil).
Jenis kromatografi yang
dapat digunakan untuk menganalisi asam amino diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Kromatografi partisi
Bila
suatu zat terlarut didistribusi antara dua pelarut dengan volume sama yang
tidak dapat bercampur (immiscible),
maka perbandingan konsentrasi zat terlarut di dalam kedua pelarut tersebut
dalam keadaan keseimbangan. Perbandingan tersebut disebut koefisien partisi. Asam amino dapat dipisahkan dengan cara partisi
dengan menggunakan dua fase terlarut, misalnya pasangan fenol-air atau n-butanol-air. Tiap asam amino mempunyai
koefisien partisi tertentu untuk pasangan terlarut tersebut (Wirahadikusumah,
1989).
Contoh
kromatografi partisi adalah kromatografi kolom. Pada kromatografi kolom,
kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti pati yang dicampur dengan
adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan
kedalam kolom dari atas sehingga sampel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian
pelarut (fase gerak) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat
terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa gerak) dan pelarut
yang teradsorbsi oleh adsorben (fase diam).
Berdasarkan
koefisian partisinya, asam amino yang terdapat dalam campuran bergerak melalui
pipa kolom (tabung gela) ke bawah dengan kecepatan yang berbeda-beda. Larutan
yang keluar dari bagian bawah pipa kolom disebut eluat. Larutan ini selanjutnya ditampung dalam fraksi-fraksi kecil
dengan alat pengumpul fraksi otomatik dan kemudian dianalisa dengan menggunakan
periaksi ninhidrin secara kuantitatif (Wirahadikusumah, 1989).
Reaksi
ninhidrin digunakan untuk mendeteksi dan menduga asam amino secara kuantitatif
dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan ninhidrin berlebih menghasilkan produk
berwarna ungu pada semua asam amino yang mempunyai gugus α-amino bebas,
sedangkan produk yang dihasilkan oleh protein berwarna kuning, karena pada
molekul ini terjadi substitusi gugus α-amino. Pada kondisi yang sesuai
intensits warna yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur asam amino
secara kolorimetrik. Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam
amino (Lehninger, 1982).
Jumlah
asam amino dalam setiap tabung fraksi akan memperlihatkan suatu deret
puncak-puncak (peaks) yang
masing-masing sesuai dengan jenis asam amino yang terdapat dalam campuran
tersebut.
Penentuan
macam asam amino dapat pula dilakukan dengan menghitung harga Rf
asam amino yang terdapat pada tabel yang ada (Poedjiadi, 1994).
b.
Kromatografi kertas
Mekanisme
pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada
kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring,
yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis dioleskan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam
pelarut (fase gerak) yang dapat berupa air, etanol, atau asam asetat.
Pengguaan kromatografi kertas
dalam analisa asam amino dapat memperoleh hasil yang akurat karena asam amino
memiliki sifat yang sangat mirip dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak
mudah menguap (tidak mungkin didistilasi). Saat campuran asam amino menaiki
lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino
antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa
berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses
dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu.
Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.
c.
Kromatografi HPLC (High
Precision Liquid Chromatography Atau High Performance Liquid Chromatography)
Prinsip dari kerja HPLC adalah
memisahkan setiap komponen dalam sampel berdasarkan kepolarannya, untuk
selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan di hitung berapa konsentrasi dari
masing-masing komponen tersebut (kuntitatif). Alatnya terdiri dari kolom sebagai
fase diam dan larutan tertentu sebagai fase geraknya. Luas puncak
kromatografi pada kurva elusi dipengaruhi oleh tiga proses perpindahan massa
yaitu difusi Eddy, difusi longitudinal, dan transfer massa tidak seimbang.
Sedangakan parameter-parameter yang menentukan berlangsungnya proses-proses
tersebut adalah: laju aliran, ukuran partikel, laju difusi, dan ketebalan
stasioner.
d.
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
mengggunakan cara tetesan campuran asam amino diibaratkan bergerak melalui
suatu lapisan tipis zat penyerap yang didekatkan pada suatu kaca. Pemisahan
didasarkan padaperbedaan kecepatan gerakan masing-masing asam amino dalam larutan
dapat (buffer) dengan pH tertentu (Wirahadikusumah,
1989).
Teknik
kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan olen Egan Stahl dengan
menghamparkan penyerap pada lempeng gelas, sehingga merupakan lapisan tipis.
KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupakan kromatografi
partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sebagian besar
dasar teori kromatografi kolom juga dapat diterapkan pada KLT. Teknik
kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan, yaitu dapat dilakukan proses identifikasi
lebih lanjut, dengan mengeruk silika gel (noda larutan contoh), kemudian
dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan teknik kromatografi kolom.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar