I.
KEANEKARAGAMAN
HAYATI (BIODIVERSITY)
A.
Pengertian
Keanekaragaman
Hayati
Keanekaragaman
hayati adalah varasi atau perbedaan bentuk-bentuk makhluk hidup, meliputi
perbedaan pada tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, materi genetik yang di
kandungnya, serta bentuk-bentuk ekosistem tempat hidup suatu makhluk hidup.
B.
Macam
Keanekaragaman
Hayati
1. Keanekaragaman
hayati tingkat ekosistem
Dari semua
variasi yang ada pada setiap tingkat jenis akan mempunyai tempat hidup yang
berbeda, tempat hidup ini akan membentuk ekosistem yang berbeda pula. Contohnya
: kelapa ekosistemnya di daerah pantai, siwalan ekosistemnya di daerah kering,
aren ekosistemnya di daerah rawa.
2. Keanekaragaman
hayati tingkat jenis
Keanekaragaman
yang menyebabkan variasi antarspesies, lebih mudah diamati karena perbedaan
lebih menyolok. Contohnya : variasi famili Palmae antara lain kelapa; siwalan;
aren dan pinang, variasi famili Graminae antara lain padi, gandum, tebu, dan
jagung.
3. Keanekaragaman
hayati tingkat gen
Keanekaragaman
yang menyebabkan variasi antarindividu yang masih berada dalam tingkat spesies
yang sama. Contohnya : kelapa macamnya yaitu kelapa gading; kopyor; hidrid; dan
kelapa hijau, mangga macamnya mangga tali jiwo; gadung; golek; dan arumanis,
padi macamnya padi IR; sedani; wulu; dan kapuas.
C.
Manfaat
Keanekaragaman Hayati
1. Nilai
ekologi
Ekosistem
yang sehat dapat lebih bertahan dan pulih dari berbagai bencana. Dengan
mempelajari keanekaragaman hayati diharapkan mampu menjaga kebersihan air dan
udara sehingga kehidupan di bumi dapat terus berlangsung.
2. Nilai
ekonomi
a. Keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan di Indonesia
Sumber pangan di Indonesia seperti padi, jagung, ubi jalar, singkong, talas dan sagu sebagai
makanan pokok di beberapa daerah.
b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber sandang dan papan
Kapas, rami, yute, kenaf, abaca, dan acave serta ulat sutera
potensial sebagai bahan sandang. Tanaman ini tersebar di seluruh Indonesia,
terutama di Jawa dan Kalimantan dan Sulawesi. Di samping itu beberapa Suku di
Kalimantan, Irian dan Sumatera menggenakan kulit kayu, bulu- bulu burung serta
tulang-tulang binatang sebagai asesoris pakaian mereka. Sementara masyarakat
pengrajin batik menggunakan tidak kurang dari 20 jenis tanaman untuk perawatan
batik tulis termasuk buah lerak yang berfungsi sebagai sabun.
c.
Sumber daya hayati sebagai sumber obat dan kosmetik
Masyarakat pulau Lombok
mengenal 19 jenis tumbuhan sebagai obat kontrasepsi. Jenis tersebut antara lain
pule, sentul, laos, turi, temulawak. Masyarakat Sumbawa mengenal
7 jenis tanaman untuk ramuan minyak urat yaitu akar salban, akar sawak, akar
kesumang, batang malang, kayu sengketan, kayu sekeal, kayu tulang.
Potensi keanekaragaman
hayati sebagai kosmetik tradisional telah lama dikenal. Penggunaan bunga
bungaan sepeti melati, mawar, cendana, kenanga, kemuning, dan lain-lain lazim
dipergunakan oleh masyarakat terutama Jawa untuk wewangian. Kemuning yang
mengandung zat samak dipergumakan oleh masyarakat Yogyakarta untuk membuat
lulur (9 jenis tumbuhan) yang berhasiat menghaluskan kulit.
3.
Aspek Kultural Sumber daya hayati di Indonesia
Dalam upacara ritual keagamaan
atau dalam upacara adat banyak sekali sumber daya hayati yang dipergunakan.
Sebagai contoh, ummat Islam menggunakan sapi dan kambing jantan dewasa pada
setiap hari raya korban, sedangkan umat nasrani memerlukan pohon cemara setiap
natal. Umat Hindu membutuhkan berbagai jenis sumber daya hayati untuk setiap
upacara keagamaan yang dilakukan. Banyak jenis pohon di Indonesia yang
dipercaya sebagai pengusir roh jahat atau tempat tinggal roh jahat seperti
beringin, bambu kuning (di Jawa).
4.
Menyediakan
pelajaran bagi para ilmuwan dalam rekayasa
Selama
beberapa tahun sekarang, para ilmuwan telah mencari lebih dan lebih banyak di
alam untuk melihat bagaimana berbagai jenis pekerjaan, memproduksi,
mengkonsumsi sumber daya, mencoba untuk meniru hewan bahwa jutaan tahun evolusi
yang telah menghasilkan.
Sebagai
salah satu contoh kecil, beberapa laba-laba dapat menghasilkan sutra mereka
dengan kekuatan tarik lebih tinggi dari berbagai paduan baja meskipun terbuat
dari protein. Jadi ahli biologi yang melihat proses ini dapat secara lebih
mendalam untuk melihat apakah mereka dapat mereproduksi atau meningkatkan
kemampuan tersebut.
D. Mempelajari
Keanekaragaman Hayati Tanpa dan dengan Cara Klasifikasi
Bila kita
mempelajari keanekaragaman hayati tanpa klasifikasi, akan memungkinkan
terjadinya kerancuan pengertian dalam menunjuk suatu jenis makhluk hidup,
misalnya burung gereja di Belanda musch, di Inggris house sparrow, di Amerika
english sparrow, di Spanyol gorrion, di Jerman hausspreling. Bahkan dalam satu
negara sering dijumpai spesies hewan atau tumbuhan memiliki nama daerah
berbeda-beda, misalnya burung merpati di Jawa Tengah doro, di Madura dere, di
Bali kedis dedare, dan di Jawa Barat japati. Namun, bila kita mempelajari
keanekaragaman hayati dengan klasifikasi, maka akan memperoleh kemudahan dan
keseragaman dalam menunjuk suatu jenis.
II.
KLASIFIKASI
(CLASSIFICATION)
A. Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi
adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan-persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dan karakter
morfologi makhluk hidup.
Pengklasifikasian
telah lama dilakukan oleh para ahli, yang pertama kali Aristoteles dan
Theophrastus. Aristoteles memperkenalkan 520 jenis hewan dalam buku Historia
Animalium dan Theophrastus memperkenalkan 480 jenis tumbuhan dalam buku
Historia Plantarum.
B. Pentingnya Mengklasifikasi Makhluk Hidup
Mengklasifikasian
makhluk hidup dianggap penting karena beberapa alasan antara lain:
1.
Mempermudah mempelajari makhluk
hidup,
2.
Mempermudah komunikasi antar ilmuwan.
C. Dasar-Dasar Klasifikasi
Dasar dalam
mengklasifikasikan makhluk hidup adalah hal-hal sebagai berikut:
1.
Berdasarkan Persamaan,
2.
Berdasarkan Perbedaan,
3.
Berdasarkan Manfaat,
4.
Berdasarkan Ciri Morfologi dan
Anatomi,
5.
Berdasarkan Ciri Biokimia.
D. Macam Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi ada 3 macam
yaitu:
1.
Sistem klasifikasi alamiah
Diperkenalkan
oleh Theophratus dalam bahasa latin Polinomial.
2.
Sistem klasifikasi buatan
Diperkenalkan oleh orang Swedia bernama Carl Von Linne (Carolus Linnaeus). Sistem klasifikasinya disebut Binomial Nomenklatur yang menetapkan
nama makhluk hidup dengan dua kata saja.
3.
Sistem klasifikasi filogenetik
Diperkenalkan
oleh Charles Darwin yauitu sistem klasifikasi
yang disusun dengan melihat keturunan dan hubungan kekerabatan antar
makhluk hidup.
E. Perkambangan Sistem Klasifikasi
Filogenik
1.
Sistem
dua kingdom
Sistem ini diperkenalkan oleh Aristoteles. Ia mengelompokan makhluk
hidup dalam 2 kingdom yaitu:
1.
Kingdom Plantae (Dunia
Tumbuhan)
Ciri–ciri: memiliki dinding sel, berklorofil, dan mampu berfotosintesis.
2.
Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
Ciri–ciri: tidak memiliki dinding sel, tidak berklorofil, dan mampu bergerak bebas.
2.
Sistem tiga kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Ernst Haeckel. Ia mengelompokan makhluk
hidup dalam 3 kingdom yaitu:
1.
Kingdom
Protista
Ciri: uniseluler atau multiseluler.
2.
Kingdom
Plantae
Ciri: autotrof, eukariot multiseluler, dan reproduksi dengan spora.
3.
Kingdom
Animalia
Ciri: heterotrof, eukariot, dan multiseluler.
3.
Sistem empat kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Herbert Copeland. Ia mengelompokan makhluk
hidup dalam 4 kingdom yaitu:
1.
Kingdom Monera
Ciri-ciri: memiliki inti tanpa membran inti (prokariotik).
2.
Kingdom Protista
Terdiri dari
organisme bersel satu dan bersel banyak.
3.
Kingdom Plantae
Terdiri dari
jamur, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.
4.
Kingdom Animalia
Terdiri dari
semua hewan, mulai dari protozoa
sampai chordata.
4.
Sistem lima kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Robert H. Whittaker. Ia
mengelompokan makhluk hidup dalam 5 kingdom yaitu:
1.
Kingdom Monera
Ciri:
prokariotik (Archaebacteria dan Eubacteria).
2.
Kingdom Protista
Ciri:
uniseluler/multiseluler dan eukariotik.
3.
Kingdom Fungi
Ciri: eukariotik, heterotrof, tidak berklorofil, dan dinding sel dari zat kitin.
4.
Kingdom Plantae
Ciri:
uniseluler/multiseluler, eukariotik, dan autotrof.
5.
Kingdom Animalia
Ciri:
multiseluler, eukariotik, dan heterotrof.
5.
Sistem
enam kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Carl Woese. Ia mengelompokan makhluk
hidup dalam 6 kingdom yaitu:
1.
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Ciri: autotrof, eukariot, dan multiseluler.
2.
Kingdom Animalia (Hewan)
Ciri:
heterotrof, eukariot, dan multiseluler.
3.
Kingdom Eubacteria (Bakteri eukariotik)
Ciri: prokariotik dan bersel satu.
4.
Kingdom Archaebacteria (Bakteri prokariotik)
Memiliki ciri-ciri yang sama dengan
eubacteria hanya berbeda dalam hal reproduksi
karena melalui transkripsi dan translasi.
5.
Kingdom Protista
Ciri: uniseluler/multiseluler dan eukariotik.
6.
Kingdom Fungi (Jamur)
Ciri: eukariotik
osmotrofik dan bersel satu/banyak.
F. Klasifikasi dalam Biologi Modern
Ilmu
pengetahuan semakin berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ini sering
menuntut perubahan dalam klasifikasi, khususnya pada tingkat kingdom. Setiap
sistem klasifikasi yang digunakan harus bersifat eksklusif dan inklusif. Sistem
klasifikasi dibuat untuk memudahkan kita mempelajari keanekaragaman hayati di
dunia ini.
Perkembangan
sistem klasifikasi menunjukkan bagaimana para ilmuwan bekerja yaitu terbuka
untuk perubahan dalam hal-hal yang baru. Dewasa ini kita telah memiliki Kode
Internasional Tata Nama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature)
dan Kode Internasional Tata Nama Hewan (International Code of Zoological
Nomenclature).
v
Cara pemberian nama spesies melalui
sistem penamaan Binomial Nomenklatur harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Huruf pertama dari kata yang
menyebutkan marga (genus) ditulis dengan huruf besar, sedangkan untuk kata
penunjuk jenis (spesies) ditulis dengan huruf kecil semua. Contoh: Zea mays. Kata zea menunjuk genus dan
mays menunjuk spesies.
2.
Bila nama jenis ditulis dengan
tangan atau ketik, harus diberi garis bawah atau ditulis miring pada kedua kata
nama tersebut. Contoh: Zea mays atau Zea
mays.
3.
Bila nama penunjuk jenis lebih dari
dua kata, kedua kata terakhir tersebut harus dirangkaikan dengan tanda
penghubung. Contoh: Hibiscus rosa
sinensis menjadi Hibiscus rosa-sinensis.
4.
Bila nama jenis itu diberikan untuk
mengenang jasa orang yang menemukannya maka nama penemu dapat dicantumkan pada
kata kedua dengan menambahkan hiruf i di belakangnya. Contohnya tanaman pinus
yang ditemukan Merkus, maka nama tanaman itu Pinus merkusii.
Dapat juga apabila ada spesies yang
ditemukan Linnaeus maka di belakang bisa di beri tanda L. Contohnya Homo sapiens L, huruf L
berarti Linnaeus yang pertama kali menemukan dan memberi nama makhuk hidup
tersebut.
v
Di samping cara pemberian nama
spesies, ada pula cara penulisan nama kelas, bangsa, dan famili. Caranya adalah
sebagai berikut:
1.
Nama kelas adalah nama genus + nae.
Contoh: Equisetum + nae menjadi
Kelas Equisetinae.
2.
Nama Ordo adalah nama genus + ales.
Contoh: Zingiber + ales menjadi Ordo
Zingiberales.
3.
Nama Famili adalah nama genus +
aceae.
Contoh: Canna + aceae menjadi Famili
Cannaceae.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar