Fokus pada satu tujuan dan percayalah pada dirimu bahwa kamu mampu meraihnya. You will when you believe.

Sabtu, 16 November 2013

Model Pembelajaran Jigsaw


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Model Pembelajaran Jigsaw”.

B.     Rumusan Masalah
1.       Apa definisi model pembelajaran Jigsaw ?
2.       Bagaimana sejarah model pembelajaran jigsaw ?
3.       Bagaimana langkah penerapan model pembelajaran jigsaw ?
4.       Apa kelebihan model pembelajaran Jigsaw ?
5.       Apa kekurangan model pembelajaran Jigsaw ?

C.    Tujuan
Pembuatan makalah ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah :
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum pada pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran Jigsaw dan bagaimana cara penerapannya dalam pembelajaran.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui definisi model pembelajaran Jigsaw
b.      Mengetahui sejarah model pembelajaran jigsaw
c.       Mengetahui penerapan model pembelajaran Jigsaw
d.      Mengetahui kelebihan model pembelajaran Jigsaw
e.       Mengetahui kekurangan model pembelajaran Jigsaw

D.    Manfaat
Manfaat makalah ini bagi seorang calon guru adalah untuk memperdalam pengetahuan mengenai salah satu model pembelajaran dan dapat menerapkannya dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat lebih bervariasi dalam pemilihan model yang cocok sesuai dengan materi pembelajarannya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyusun potongan gambar. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa padat berkembang. Pembelajaran model ini lebih meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya.
Dalam Jurnal Internasional Julia I Smith; Lena ChangThe American Biology Teacher; Jan 2005; 67, 1; ProQuest Biology Journalspg. 31
“The jigsaw is a collaborative learning technique that emphasizes the fact that we can learn by teaching. This technique gently forces students to dive into the subject matter acquire new knowledge or a skill and teach it to another student”
(Jigsaw adalah teknik pembelajaran kolaboratif yang menekankan fakta bahwa kita dapat belajar dengan mengajar. Teknik ini lembut memaksa siswa untuk menyelam ke dalam materi pelajaran memperoleh pengetahuan baru atau keterampilan dan mengajarkannya kepada siswa lain).
Menurut Arends, RI, 1997 (dalam Wirta:2003) pengertian pembelajaran jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akademik disaji-kan dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu permasalahan. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen sehingga akan terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, dua atau tiga siswa berkemampuan sedang, dan seorang siswa berkemampuan kurang.
Ibrahim (2001:21) jigsaw telah dikembangkan dan diuji cobakan oleh Ellot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin. Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan didalam klompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.

B.     Sejarah  Model Pembelajaran Jigsaw
Teknik jigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang pertama kali diterapkan oleh aronson tahun 1971 dan dipublikasin tahun 1978. Pada awalnya penelitiannya kelas jigsaw ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa kompetisi pembelajar dan masalah ras yang terdapat di sebuah kelas yang berada di Austin, Texas. Kota texas ini termasuk mengalami masalah rasis yang sangat parah, dan itu pun memunculkan intervensi dari sekolah­-sekolah untuk menghilangkan masalah tersebut.
Di dalam suatu kelas banyak pembelajar amerika keturunan afrika, keturunan hispanik (latin), dan pembelajar kulit putih amerika untuk yang pertama kalinya berada dalam sebuah kelas bersama-­sama. Situasi semakin memanas dan mangancam lingkungan belajar mereka. Dan pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajar lainnya menciptakan jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya didalam kelas. Dan usaha keras ini berhasil dengan sukses, pembelajar yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai berkomunikasi dan mulai bekerja sama.
Eksperimen ini terdiri dari membentuk kelompok pembelajaran (kelompok jigsaw) dimana tiap pembelajar tergantung kepada anggota kelompoknya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk lulus dalam ujian. Tanpa memandang ras, mereka digabungkan menjadi sebuah grup dan wajib berkerjasama diantara anggotanya agar mencapai sukses akademik. Ketika dibandingkan dengan kelas tradisional dimana pembelajar-­pembelajar bersaing secara individu, pembelajar-­pembelajar di dalam kelas.
Wardani mengatakan bahwa teknik jigsaw adalah salah satu cooperative learning mendorong pembelajar aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dimana dalam belajar teknik jigsaw terdapat tahap-­tahap dalam penyelenggaraannya yaitu :
  • Pengelompokan pembelajar.
  • Pemberian tugas untuk setiap anggota kelompok.
  • Diskusi kelompok yang terdiri dari kelompok ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok yang terdiri dari pembelajar heterogen , ditinjau dari segi kemampuan dan jenis kelamin yang tergabung dalam bahasan, tema, ataupun masalah yang sama. Sedangkan kelompok asal yaitu masing­ masing kelompok terdiri dari pembelajar yang heterogen, ditinjau dari kemampuan dan jenis kelamin yang tergabung dalam bahasan, tema, masalah yang berbeda.
  • Pemberian tes/kuis.
  • Perhitungan penghargaan kelompok.
C.       Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran jigsaw adalah:
1.      Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.


2.      Pengelompokan
Pengelompokan dalam kelas dilakukan dengan heterogen menurut kemampuannya.
3.      Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya kelompok yang sudah dibentuk, diberikan materi sesuai dengan kelompoknya.dan dibina menjadi suupaya menjadi expert. Tiap kelompok diberikan konsep sesuai dengan kemampuannya. Misalnya kelompok I yang terdiri dari siswa yang sangat baik kemampuannya diberikan materi yang kompleks, begitu juga pada kelompok yang lainnya.
Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali kedalam grup sebagai tim ahli “expert”, dalam hal ini peran pendidik sangat penting.
4.      Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam kelompok semula. Pada fase ini semua kelompok memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidikan mempersilakan anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing. Dalam proses ini akan terjadi sharing pengetahuan diantara setiap anggota.
Aturan dalam fase ini yaitu :
a.       Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota mempelajari materi yang diberikan.
b.      Memperoleh pengeahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota benar-benar menguasai konsep.
c.       Tanyakan pada anggota grup sebelum bertanya kepada pendidik.
d.      Diskusi dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup/kelompok lain.
e.       Dalam mengakhiri diskusi perlu adanya perayaan supaya siswa memperoleh kepuasan.
5.      Tes (penilaian)
Pada tahap ini pendidik memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikannya. Pada proses pengerjaan tes siswa tidak boleh bekerja sama.
6.      Pengakuan kelomok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor tersebut melewati skor rata-rata sebelumnya. Setiap siswa berhak memberikan kontribus point kepada setiap anggota kelompoknya dalam sistem skor kelmpok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melebihi skor dasar yang diperolehnya
Dari langkah-langkah yang telah diuraikan diatas maka sering akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya "mendompleng" keberhasilan "pemborong". Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelolah konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai) Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

D.    Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
1.      Kelebihan
Ø  Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
Ø  Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
Ø  Menerapkan bimbingan sesama teman
Ø  Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
Ø  Memperbaiki kehadiran
Ø  Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
Ø  Sikap apatis berkurang
Ø  Pemahaman materi lebih mendalam
Ø  Meningkatkan motivasi belajar
Ø  Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
Ø  Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
Ø  Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
Ø  Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.
Ø  Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.
Ø  Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan. Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat berikut (1) tujuan kelompok, (2) tanggung jawab individual, (3) kesempatan yang sama untuk sukses, (4) kompetisi kelompok, (5) spesialisasi tugas, dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu (Slavin, 1995).
2.      Kekurangan
Ø  Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah "peer teaching", pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di diskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi "missconception".
Ø  Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik harus mempu memainkan perannya mengorkestrasikan metode ini.
Ø  Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
Ø  Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
Ø  Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model "team teaching". Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Ø  Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirksn kelompok akan macet
Ø  Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
Ø  Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,misal jika ada anggota yang hanya memboncengdalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi




BAB III
PENUTUPAN

A.    Kesimpulan
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian Kata jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti “gergaji atau memotong”. Dalam metode pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran kooperatif.
Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
Keuntungan mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Sementara untuk kerugiannya ada beberapa yaitu keadaan kondisi kelas yang ramai, siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai serta membutuhkan waktu yang lebih lama apabila bila ada pernataan ruang belum  terkondisi dengan baik.
B.     Saran
1.      Agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang optimal, guru disarankan dapat memilih dan menggunakan strategi yang tepat.
2.      Guru disarankan dapat menerapkan model pembelajaran tipe jigsaw
3.      Untuk menghindari kegaduhan dan meminimalisir kehilangan waktu, pem-bentukan kelompok direncakan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
4.      Untuk memperlancar jalannya diskusi, disarankan siswa mempersiapkan kelengkapan yang menunjang materi pelajaran yang akan dibahas.



DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Zaini, Hisyam dkk. 2006. Strategi Pembelajaran Aktif.  Yogyakarta : Pustaka Insan Madani,

Tidak ada komentar :

Posting Komentar