Fokus pada satu tujuan dan percayalah pada dirimu bahwa kamu mampu meraihnya. You will when you believe.

Kamis, 16 Februari 2012

I. KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) dan II. KLASIFIKASI (CLASSIFICATION)


       I.            KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY)
A.    Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati adalah varasi atau perbedaan bentuk-bentuk makhluk hidup, meliputi perbedaan pada tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, materi genetik yang di kandungnya, serta bentuk-bentuk ekosistem tempat hidup suatu makhluk hidup.

B.     Macam Keanekaragaman Hayati
1.      Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
Dari semua variasi yang ada pada setiap tingkat jenis akan mempunyai tempat hidup yang berbeda, tempat hidup ini akan membentuk ekosistem yang berbeda pula. Contohnya : kelapa ekosistemnya di daerah pantai, siwalan ekosistemnya di daerah kering, aren ekosistemnya di daerah rawa.
2.      Keanekaragaman hayati tingkat jenis
Keanekaragaman yang menyebabkan variasi antarspesies, lebih mudah diamati karena perbedaan lebih menyolok. Contohnya : variasi famili Palmae antara lain kelapa; siwalan; aren dan pinang, variasi famili Graminae antara lain padi, gandum, tebu, dan jagung.
3.      Keanekaragaman hayati tingkat gen
Keanekaragaman yang menyebabkan variasi antarindividu yang masih berada dalam tingkat spesies yang sama. Contohnya : kelapa macamnya yaitu kelapa gading; kopyor; hidrid; dan kelapa hijau, mangga macamnya mangga tali jiwo; gadung; golek; dan arumanis, padi macamnya padi IR; sedani; wulu; dan kapuas.


C.    Manfaat Keanekaragaman Hayati
1.      Nilai ekologi
Ekosistem yang sehat dapat lebih bertahan dan pulih dari berbagai bencana. Dengan mempelajari keanekaragaman hayati diharapkan mampu menjaga kebersihan air dan udara sehingga kehidupan di bumi dapat terus berlangsung.


2.      Nilai ekonomi
a.       Keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan di Indonesia
Sumber pangan di Indonesia seperti padi, jagung, ubi jalar, singkong, talas dan sagu sebagai makanan pokok di beberapa daerah.
b.      Keanekaragaman hayati sebagai sumber sandang dan papan
Kapas, rami, yute, kenaf, abaca, dan acave serta ulat sutera potensial sebagai bahan sandang. Tanaman ini tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Jawa dan Kalimantan dan Sulawesi. Di samping itu beberapa Suku di Kalimantan, Irian dan Sumatera menggenakan kulit kayu, bulu- bulu burung serta tulang-tulang binatang sebagai asesoris pakaian mereka. Sementara masyarakat pengrajin batik menggunakan tidak kurang dari 20 jenis tanaman untuk perawatan batik tulis termasuk buah lerak yang berfungsi sebagai sabun.
c.       Sumber daya hayati sebagai sumber obat dan kosmetik
Masyarakat pulau Lombok mengenal 19 jenis tumbuhan sebagai obat kontrasepsi. Jenis tersebut antara lain pule, sentul, laos, turi, temulawak. Masyarakat Sumbawa mengenal 7 jenis tanaman untuk ramuan minyak urat yaitu akar salban, akar sawak, akar kesumang, batang malang, kayu sengketan, kayu sekeal, kayu tulang.
Potensi keanekaragaman hayati sebagai kosmetik tradisional telah lama dikenal. Penggunaan bunga bungaan sepeti melati, mawar, cendana, kenanga, kemuning, dan lain-lain lazim dipergunakan oleh masyarakat terutama Jawa untuk wewangian. Kemuning yang mengandung zat samak dipergumakan oleh masyarakat Yogyakarta untuk membuat lulur (9 jenis tumbuhan) yang berhasiat menghaluskan kulit.
3.      Aspek Kultural Sumber daya hayati di Indonesia
Dalam upacara ritual keagamaan atau dalam upacara adat banyak sekali sumber daya hayati yang dipergunakan. Sebagai contoh, ummat Islam menggunakan sapi dan kambing jantan dewasa pada setiap hari raya korban, sedangkan umat nasrani memerlukan pohon cemara setiap natal. Umat Hindu membutuhkan berbagai jenis sumber daya hayati untuk setiap upacara keagamaan yang dilakukan. Banyak jenis pohon di Indonesia yang dipercaya sebagai pengusir roh jahat atau tempat tinggal roh jahat seperti beringin, bambu kuning (di Jawa).
4.      Menyediakan pelajaran bagi para ilmuwan dalam rekayasa
Selama beberapa tahun sekarang, para ilmuwan telah mencari lebih dan lebih banyak di alam untuk melihat bagaimana berbagai jenis pekerjaan, memproduksi, mengkonsumsi sumber daya, mencoba untuk meniru hewan bahwa jutaan tahun evolusi yang telah menghasilkan.
Sebagai salah satu contoh kecil, beberapa laba-laba dapat menghasilkan sutra mereka dengan kekuatan tarik lebih tinggi dari berbagai paduan baja meskipun terbuat dari protein. Jadi ahli biologi yang melihat proses ini dapat secara lebih mendalam untuk melihat apakah mereka dapat mereproduksi atau meningkatkan kemampuan tersebut.

D.    Mempelajari Keanekaragaman Hayati Tanpa dan dengan Cara Klasifikasi
Bila kita mempelajari keanekaragaman hayati tanpa klasifikasi, akan memungkinkan terjadinya kerancuan pengertian dalam menunjuk suatu jenis makhluk hidup, misalnya burung gereja di Belanda musch, di Inggris house sparrow, di Amerika english sparrow, di Spanyol gorrion, di Jerman hausspreling. Bahkan dalam satu negara sering dijumpai spesies hewan atau tumbuhan memiliki nama daerah berbeda-beda, misalnya burung merpati di Jawa Tengah doro, di Madura dere, di Bali kedis dedare, dan di Jawa Barat japati. Namun, bila kita mempelajari keanekaragaman hayati dengan klasifikasi, maka akan memperoleh kemudahan dan keseragaman dalam menunjuk suatu jenis.




    II.            KLASIFIKASI (CLASSIFICATION)
A.    Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan-persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dan karakter morfologi makhluk hidup.
Pengklasifikasian telah lama dilakukan oleh para ahli, yang pertama kali Aristoteles dan Theophrastus. Aristoteles memperkenalkan 520 jenis hewan dalam buku Historia Animalium dan Theophrastus memperkenalkan 480 jenis tumbuhan dalam buku Historia Plantarum.

B.     Pentingnya Mengklasifikasi Makhluk Hidup
Mengklasifikasian makhluk hidup dianggap penting karena beberapa alasan antara lain:
1.      Mempermudah mempelajari makhluk hidup,
2.      Mempermudah komunikasi antar ilmuwan.

C.    Dasar-Dasar Klasifikasi
Dasar dalam mengklasifikasikan makhluk hidup adalah hal-hal sebagai berikut:
1.         Berdasarkan Persamaan,
2.         Berdasarkan Perbedaan,
3.         Berdasarkan Manfaat,
4.         Berdasarkan Ciri Morfologi dan Anatomi,
5.         Berdasarkan Ciri Biokimia.

D.    Macam Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi ada 3 macam yaitu:
1.         Sistem klasifikasi alamiah
Diperkenalkan oleh Theophratus dalam bahasa latin Polinomial.
2.         Sistem klasifikasi buatan
Diperkenalkan oleh orang Swedia bernama Carl Von Linne (Carolus Linnaeus). Sistem klasifikasinya disebut Binomial Nomenklatur yang menetapkan nama makhluk hidup dengan dua kata saja.
3.         Sistem klasifikasi filogenetik
Diperkenalkan oleh Charles Darwin yauitu sistem klasifikasi yang disusun dengan melihat keturunan dan hubungan kekerabatan antar makhluk hidup.

E.     Perkambangan Sistem Klasifikasi Filogenik
1.         Sistem dua kingdom
Sistem ini diperkenalkan oleh Aristoteles. Ia mengelompokan makhluk hidup dalam 2 kingdom yaitu:
1.      Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
Ciri–ciri: memiliki dinding sel, berklorofil, dan mampu berfotosintesis.
2.      Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
Ciri–ciri: tidak memiliki dinding sel, tidak berklorofil, dan mampu bergerak bebas.
2.         Sistem tiga kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Ernst Haeckel. Ia mengelompokan makhluk hidup dalam 3 kingdom yaitu:
1.      Kingdom Protista
Ciri: uniseluler atau multiseluler.
2.      Kingdom Plantae
Ciri: autotrof, eukariot multiseluler, dan reproduksi dengan spora.
3.      Kingdom Animalia
Ciri: heterotrof, eukariot, dan multiseluler.







3.         Sistem empat kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Herbert Copeland. Ia mengelompokan makhluk hidup dalam 4 kingdom yaitu:
1.      Kingdom Monera
Ciri-ciri: memiliki inti tanpa  membran inti (prokariotik).
2.      Kingdom Protista
Terdiri dari organisme bersel satu dan bersel banyak.


3.      Kingdom Plantae
Terdiri dari jamur, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.
4.      Kingdom Animalia
Terdiri dari semua hewan, mulai dari protozoa sampai chordata.
4.         Sistem lima kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Robert H. Whittaker. Ia mengelompokan makhluk hidup dalam 5 kingdom yaitu:
1.      Kingdom Monera
Ciri: prokariotik (Archaebacteria dan Eubacteria).
2.      Kingdom Protista
Ciri: uniseluler/multiseluler dan eukariotik.
3.      Kingdom Fungi
Ciri: eukariotik, heterotrof, tidak berklorofil, dan dinding sel dari zat kitin.
4.      Kingdom Plantae
Ciri: uniseluler/multiseluler, eukariotik, dan autotrof.
5.      Kingdom Animalia
Ciri: multiseluler, eukariotik, dan heterotrof.




5.         Sistem enam kingdom
Sistem ini dikemukakan oleh Carl Woese. Ia mengelompokan makhluk hidup dalam 6 kingdom yaitu:
1.      Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Ciri: autotrof, eukariot, dan multiseluler.
2.      Kingdom Animalia (Hewan)
Ciri: heterotrof, eukariot, dan multiseluler.

3.      Kingdom Eubacteria (Bakteri eukariotik)
Ciri: prokariotik dan bersel satu.
4.      Kingdom Archaebacteria (Bakteri prokariotik)
Memiliki ciri-ciri yang sama dengan eubacteria hanya berbeda dalam hal reproduksi karena melalui transkripsi dan translasi.
5.      Kingdom Protista
Ciri: uniseluler/multiseluler dan eukariotik.
6.      Kingdom Fungi (Jamur)
Ciri: eukariotik osmotrofik dan bersel satu/banyak.

F.     Klasifikasi dalam Biologi Modern
Ilmu pengetahuan semakin berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ini sering menuntut perubahan dalam klasifikasi, khususnya pada tingkat kingdom. Setiap sistem klasifikasi yang digunakan harus bersifat eksklusif dan inklusif. Sistem klasifikasi dibuat untuk memudahkan kita mempelajari keanekaragaman hayati di dunia ini.
Perkembangan sistem klasifikasi menunjukkan bagaimana para ilmuwan bekerja yaitu terbuka untuk perubahan dalam hal-hal yang baru. Dewasa ini kita telah memiliki Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature) dan Kode Internasional Tata Nama Hewan (International Code of Zoological Nomenclature).
v  Cara pemberian nama spesies melalui sistem penamaan Binomial Nomenklatur harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Huruf pertama dari kata yang menyebutkan marga (genus) ditulis dengan huruf besar, sedangkan untuk kata penunjuk jenis (spesies) ditulis dengan huruf kecil semua. Contoh: Zea mays. Kata zea menunjuk genus dan mays menunjuk spesies.
2.      Bila nama jenis ditulis dengan tangan atau ketik, harus diberi garis bawah atau ditulis miring pada kedua kata nama tersebut. Contoh: Zea mays atau Zea mays.
3.      Bila nama penunjuk jenis lebih dari dua kata, kedua kata terakhir tersebut harus dirangkaikan dengan tanda penghubung. Contoh: Hibiscus rosa sinensis menjadi Hibiscus rosa-sinensis.
4.      Bila nama jenis itu diberikan untuk mengenang jasa orang yang menemukannya maka nama penemu dapat dicantumkan pada kata kedua dengan menambahkan hiruf i di belakangnya. Contohnya tanaman pinus yang ditemukan Merkus, maka nama tanaman itu Pinus merkusii.
Dapat juga apabila ada spesies yang ditemukan Linnaeus maka di belakang bisa di beri tanda L. Contohnya Homo sapiens L, huruf L berarti Linnaeus yang pertama kali menemukan dan memberi nama makhuk hidup tersebut.
v  Di samping cara pemberian nama spesies, ada pula cara penulisan nama kelas, bangsa, dan famili. Caranya adalah sebagai berikut:
1.      Nama kelas adalah nama genus + nae.
Contoh: Equisetum + nae menjadi Kelas Equisetinae.
2.      Nama Ordo adalah nama genus + ales.
Contoh: Zingiber + ales menjadi Ordo Zingiberales.
3.      Nama Famili adalah nama genus + aceae.
Contoh: Canna + aceae menjadi Famili Cannaceae.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar